Cerita tentang persahabatan dalam Bahasa Inggris – Gimana kabarnya? Baik-baik saja kan? Untuk refreshing sebentar, kali ini saya akan berbagi cerita tentang persahabatan. Namun tetap dikemas menggunakan Bahasa Inggris ya. Yah itung-itung mengasah kemampuan vocabulary kita hehe. Kenapa harus cerita tentang persahabatan sih? kenapa nggak cerita tentang cinta? Yup pertanyaan yang bagus sekali. Sahabat, tentunya kita pasti mempunyai seorang sahabat atau beberapa sahabat. Namun tentu ada satu yang sangat special di hati kita. Sahabat bisa menjadi tempat curhat kita, tempat berbagi kebahagiaan. Kalau untuk cerita tentang cinta, nanti bolehlah dipertimbangkan, hehe. Dalam cerita tentang sahabat ini, akan diceritakan pengorbanan seseorang untuk sahabat terbaiknya. Yaudah langsung saja kita simak bersama-sama ceritanya ya..
November 13th is my best friend’s birthday, "Dinda". She looked very happy because her parents gave her a wonderful gift. Her friends also gave her lots of gifts. Unfortunately, on her birthday I cannot give her anything. Because my family was struggling in financial. I hope Dinda understood my situation. And Dinda understood my situation now. Dinda was my best friend I ever had.
One month later, Dinda got sick. A very rare disease that never existed. After preparing her favorite cake, I visited her. Once there, I was talking with her mother and she said, "Dinda got a very strange disease and it seems no hope to live longer". Because her organs will be damaged gradually and need a suitable donor to stop the damage.
As if I were struck by lightning in a daylight. My tears was falling down when staring at my best friend lying in the ICU room. I decided to do a test to see whether my kidney was matching with hers. And it was match. I immediately went home and expressed my intention to donate my kidney to Dinda. My mother did not approve of my good intentions. She did not want her only daughter have to bear the pain for the future life. But I kept insisting and telling my mother the reason I wanted to donate. I told her that I was my present for her long life birthday. And I believed in God's promise that every single good deed reserve turns another. If I did not get in this world. I am sure I will get it in hereafter.
After obtaining the approval of the mother, I went straight to the hospital and told her mother that I wanted to donate my kidney. Her mother was immediately hugged and sobbed happily. She was very grateful to me. She promised to give whatever I ask. But I only asked one thing not to let Dinda know if I donated a kidney to her. And the operation run well. Dinda was slowly driving got well. One month later, Dinda was totally health. I was very happy to see her smile again. Since that time her mother was very fond of me.
It was almost 6 months after surgery that my live run normally. But lately I felt exhausted if I did a rather heavy activity. At first I ignored it. But one night, when I wanted to get up for Tahajud prayer, suddenly could not move my legs. As if I had no power to lift my feet. Since that I used a wheelchair.
Day after day had passed, I grew up happily. Now I shared my life with someone who loved me for what I was, Dani. I wonder where my story began. But we never expressed our love to each other. Everything went away naturally. Thus, alot of people knew Dani as my brother.
One day Dinda came to see me at home. Dinda brought my favorite apple. After having joke, Dinda said that she was very interested in Dani. Dinda only knew that Dani was my best friend, as well as my brother. Dinda asked for my help to make Dani as her boyfriend. Indeed, it hurt to hear it, I really wanted to tell her that Dani was the person I loved. But I did not want to make her hurt. Finally I nodded to help her.
I talked to Dani about Dinda, I wanted him to love her. At first, Dani refused my request. But I forced him. Until finally he melted and agreed. My heart really hurt. But that's why I preferred to love in silence. I preferred to sacrifice for the people I care. I preferred to hold my ego for them, especially for my friend, Dinda. Let me write all the story of my life in this diary, so that one day people who loved me know how much I loved them.
I spent the rest of my life together with the people I care about. Dinda, Dani and I often walked together. I was very happy to see their affection. Well I really felt happy for them.
One year later, Anna's health worsened. And on Thursday, April 24th, 2014, Anna breathed for her last. Before she died, Anna entrusted her diary for Dinda. She was sobbing when reading it. She could not help crying all day. Dinda felt so sorry for her attitude towards Anna. Dinda was not aware of Anna’s sacrifices for her. One message that Anna gave her, "Keep Dani for me, my sweety, Dinda. Keep your live happy, dear my best friend "...
Tanggal 13 November adalah hari ulang tahun sahabatku, “Dinda”. Dia, terlihat sangat bahagia karena kedua orang tuanya memberinya hadiah yang indah. Begitu juga teman-temannya memberkan banyak hadiah. Sayangnya, di hari ulang tahunnya kali ini aku tidak bisa memberinya apa-apa. Karena keluargaku saat ini sedang kesulitan ekonomi. Aku berharap agar Dinda mengerti akan hal ini. Ternyata Dinda mengerti keadaanku sekarang. Dinda memang sahabat terbaik yang pernah aku miliki.
Satu bulan kemudian, Dinda jatuh sakit. Penyakit yang sangat langka yang pernah ada. Setelah mempersiapkan kue kesukaan Dinda, aku pun menjenguknya. Sesampai di sana, aku berbincang-bincang dengan ibunya. Ibunya Dinda berkata, “Penyakit dinda sangat aneh dan kemungkinan sudah tidak ada harapan untuk hidup lebih lama”. Karena organ tubuhnya akan rusak secara bertahap dan butuh donor yang cocok untuk menghentikan kerusakannya.
Bak disambar petir di siang bolong. Tak terasa air mataku menetes ketika menatap sahabat terbaikku terbaring lemas di ruang IGD. Aku pun memutuskan untuk mencoba tes untuk melihat kecocokan ginjalku dengannya. Dan hasil tesnya cocok. Aku pun langsung pulang ke rumah dan menyampaikan niatku untuk mendonorkan ginjalku kepada Dinda. Ibuku sangat tidak setuju akan niatan baikku. Ibu tidak mau anaknya satu-satunya ini harus menanggung rasa sakit selama hidupku kelak. Namun aku terus memaksa dan memberitahu ibu alasanku ingin mendonorkan ginjalku. Ini akan menjadi kado ulang tahun selama hidupnya. Dan aku percaya akan janji Tuhan bahwa setiap kebaikan berhak dibalas dengan kebaikan pula, Apabila aku tidak mendapatkannya di dunia, maka aku yakin akan mendapatkannya di kehidupanku selanjutnya.
Setelah mendapat persetujuan ibu, aku pun langsung ke rumah sakit dan memberitahu ibunya Dinda akan niatku mendonorkan ginjalku. Ibunya pun langsung memelukku sambil terisak-isak bahagia. Beliau sangat berterima kasih padaku. Beliau berjanji akan memberikan apapun yang aku minta. Namun aku hanya meminta satu saja, Tolong jangan beritahu Dinda kalau aku yang mendonorkan ginjal untuknya. Dan operasipun berjalan dengan lancar. Dinda sudah mulai sehat. Setelah dirawat satu bulan, Dinda dinyatakan sehat total. Aku pun sangat bahagia melihat senyum Dinda. Sejak saat itu ibunya Dinda sangat menyayangi aku.
Sudah hampir 6 bulan pasca operasi hidupku berjalan dengan normal. Namun akhir-akhir ini aku mulai merasa kelelahan apabila beraktivitas agak berat. Awalnya aku tidak menggubrisnya. Namun suatu malam, ketika aku ingin bangun untuk menunaikan sholat tahajjud, tiba-tiba kakiku tidak bisa digerakkan. Seperti tidak ada tenaga untuk mengangat kakiku. Sejak saat itu aku memakai kursi roda.
Hari demi hari telah berganti, aku sudah mulai beranjak dewasa. Sekarang aku sudah bersama dengan orang yang menyayangiku apa adanya diriku, Dani. Entah berawal darimana kisahku bersama dengannya. Namun kami tidak pernah saling mengungkapkan rasa cinta kami. Semuanya berjalan begitu saja. Sehingga, di mata orang-orang Dani terlihat seperti abangku.
Suatu hari Dinda datang menjengukku di rumah. Dinda membawakan buah apel kesukaanku. Setelah bercanda tawa, Dinda mengatakan bahwa dia sangat tertarik dengan Dani. Dinda hanya mengetahui Dani adalah sahabatku, sekaligus abangku. Dinda meminta bantuanku untuk menjadikan Dani sebagai pacarnya. Sungguh, sakit hati ini mendengarnya, ingin rasanya aku berterus terang pada Dinda bahwa Dani adalah orang yang sangat aku cintai. Namun aku tidak ingin membuat hatinya sakit. Akhirnya aku iyakan keinginan Dinda.
Aku berbicara dengan Dani tentang Dinda, aku ingin dia bersama Dinda. Awalnya Dani menolak permintaanku. Namun aku memaksanya. Sampai akhirnya Dani pun luluh dan mengiyakan kemauanku. Sungguh sakit rasanya hati ini, sungguh. Namun itulah aku yang lebih memilih mencintai dalam diam. Yang lebih memilih berkorban untuk orang-orang yang aku sayangi. Aku lebih memilih menahan egoku untuk mereka, terlebih untuk sahabatku, Dinda. Biar ku tulis semua kisah hidupku di diary ini, agar kelak orang yang menyayangiku mengerti betapa aku sangat menyayangi mereka.
Waktu terus berjalan, aku habiskan sisa hidupku bersama-sama dengan orang-orang yang aku sayangi. Aku, Dinda, dan Dani sering sekali berjalan bersama. Melihat kemesraan mereka aku sangat bahagia. Yaa aku sangat bahagia bercampur pilu.
Satu tahun berselang, kesehatan Anna semakin memburuk. Dan tepat di hari kamis, 24 April 2014, Anna menghembuskan nafas terakhirnya. Sebelum meninggal, Anna menitipkan diary nya agar diberikan kepada Dinda. Dinda menangis tersendu-sendu membacanya, air matanya tak dapat ia tahan. Dinda begitu sangat menyesali sikapnya selama ini terhadap Anna. Dinda tidak menyadari akan pengorbanan Anna untuknya. Satu pesan yang Anna berikan untuk dinda, “Jaga Dani untukku, Dinda manis. Terus bahagia yaa sahabat terbaikku”…
Nah gimana cerita tentang persahabatan dalam bahasa Inggris nya? Yah semoga dengan cerita tentang sahabat tadi, kita bisa mengambil pelajaran dan lebih peka terhadap seseorang. Sehingga tiada penyesalan yang akan datang. Semoga bermanfaat. Selamat beraktivitas, sayangi terus sahabat kalian ya. Terima kasih.
Cerita tentang persahabatan
Cerita tentang persahabatan dalam bahasa Inggris
November 13th is my best friend’s birthday, "Dinda". She looked very happy because her parents gave her a wonderful gift. Her friends also gave her lots of gifts. Unfortunately, on her birthday I cannot give her anything. Because my family was struggling in financial. I hope Dinda understood my situation. And Dinda understood my situation now. Dinda was my best friend I ever had.
One month later, Dinda got sick. A very rare disease that never existed. After preparing her favorite cake, I visited her. Once there, I was talking with her mother and she said, "Dinda got a very strange disease and it seems no hope to live longer". Because her organs will be damaged gradually and need a suitable donor to stop the damage.
As if I were struck by lightning in a daylight. My tears was falling down when staring at my best friend lying in the ICU room. I decided to do a test to see whether my kidney was matching with hers. And it was match. I immediately went home and expressed my intention to donate my kidney to Dinda. My mother did not approve of my good intentions. She did not want her only daughter have to bear the pain for the future life. But I kept insisting and telling my mother the reason I wanted to donate. I told her that I was my present for her long life birthday. And I believed in God's promise that every single good deed reserve turns another. If I did not get in this world. I am sure I will get it in hereafter.
After obtaining the approval of the mother, I went straight to the hospital and told her mother that I wanted to donate my kidney. Her mother was immediately hugged and sobbed happily. She was very grateful to me. She promised to give whatever I ask. But I only asked one thing not to let Dinda know if I donated a kidney to her. And the operation run well. Dinda was slowly driving got well. One month later, Dinda was totally health. I was very happy to see her smile again. Since that time her mother was very fond of me.
It was almost 6 months after surgery that my live run normally. But lately I felt exhausted if I did a rather heavy activity. At first I ignored it. But one night, when I wanted to get up for Tahajud prayer, suddenly could not move my legs. As if I had no power to lift my feet. Since that I used a wheelchair.
Day after day had passed, I grew up happily. Now I shared my life with someone who loved me for what I was, Dani. I wonder where my story began. But we never expressed our love to each other. Everything went away naturally. Thus, alot of people knew Dani as my brother.
One day Dinda came to see me at home. Dinda brought my favorite apple. After having joke, Dinda said that she was very interested in Dani. Dinda only knew that Dani was my best friend, as well as my brother. Dinda asked for my help to make Dani as her boyfriend. Indeed, it hurt to hear it, I really wanted to tell her that Dani was the person I loved. But I did not want to make her hurt. Finally I nodded to help her.
I talked to Dani about Dinda, I wanted him to love her. At first, Dani refused my request. But I forced him. Until finally he melted and agreed. My heart really hurt. But that's why I preferred to love in silence. I preferred to sacrifice for the people I care. I preferred to hold my ego for them, especially for my friend, Dinda. Let me write all the story of my life in this diary, so that one day people who loved me know how much I loved them.
I spent the rest of my life together with the people I care about. Dinda, Dani and I often walked together. I was very happy to see their affection. Well I really felt happy for them.
One year later, Anna's health worsened. And on Thursday, April 24th, 2014, Anna breathed for her last. Before she died, Anna entrusted her diary for Dinda. She was sobbing when reading it. She could not help crying all day. Dinda felt so sorry for her attitude towards Anna. Dinda was not aware of Anna’s sacrifices for her. One message that Anna gave her, "Keep Dani for me, my sweety, Dinda. Keep your live happy, dear my best friend "...
Cerita tentang persahabatan dalam bahasa Inggris dan artinya
Tanggal 13 November adalah hari ulang tahun sahabatku, “Dinda”. Dia, terlihat sangat bahagia karena kedua orang tuanya memberinya hadiah yang indah. Begitu juga teman-temannya memberkan banyak hadiah. Sayangnya, di hari ulang tahunnya kali ini aku tidak bisa memberinya apa-apa. Karena keluargaku saat ini sedang kesulitan ekonomi. Aku berharap agar Dinda mengerti akan hal ini. Ternyata Dinda mengerti keadaanku sekarang. Dinda memang sahabat terbaik yang pernah aku miliki.
Satu bulan kemudian, Dinda jatuh sakit. Penyakit yang sangat langka yang pernah ada. Setelah mempersiapkan kue kesukaan Dinda, aku pun menjenguknya. Sesampai di sana, aku berbincang-bincang dengan ibunya. Ibunya Dinda berkata, “Penyakit dinda sangat aneh dan kemungkinan sudah tidak ada harapan untuk hidup lebih lama”. Karena organ tubuhnya akan rusak secara bertahap dan butuh donor yang cocok untuk menghentikan kerusakannya.
Bak disambar petir di siang bolong. Tak terasa air mataku menetes ketika menatap sahabat terbaikku terbaring lemas di ruang IGD. Aku pun memutuskan untuk mencoba tes untuk melihat kecocokan ginjalku dengannya. Dan hasil tesnya cocok. Aku pun langsung pulang ke rumah dan menyampaikan niatku untuk mendonorkan ginjalku kepada Dinda. Ibuku sangat tidak setuju akan niatan baikku. Ibu tidak mau anaknya satu-satunya ini harus menanggung rasa sakit selama hidupku kelak. Namun aku terus memaksa dan memberitahu ibu alasanku ingin mendonorkan ginjalku. Ini akan menjadi kado ulang tahun selama hidupnya. Dan aku percaya akan janji Tuhan bahwa setiap kebaikan berhak dibalas dengan kebaikan pula, Apabila aku tidak mendapatkannya di dunia, maka aku yakin akan mendapatkannya di kehidupanku selanjutnya.
Setelah mendapat persetujuan ibu, aku pun langsung ke rumah sakit dan memberitahu ibunya Dinda akan niatku mendonorkan ginjalku. Ibunya pun langsung memelukku sambil terisak-isak bahagia. Beliau sangat berterima kasih padaku. Beliau berjanji akan memberikan apapun yang aku minta. Namun aku hanya meminta satu saja, Tolong jangan beritahu Dinda kalau aku yang mendonorkan ginjal untuknya. Dan operasipun berjalan dengan lancar. Dinda sudah mulai sehat. Setelah dirawat satu bulan, Dinda dinyatakan sehat total. Aku pun sangat bahagia melihat senyum Dinda. Sejak saat itu ibunya Dinda sangat menyayangi aku.
Sudah hampir 6 bulan pasca operasi hidupku berjalan dengan normal. Namun akhir-akhir ini aku mulai merasa kelelahan apabila beraktivitas agak berat. Awalnya aku tidak menggubrisnya. Namun suatu malam, ketika aku ingin bangun untuk menunaikan sholat tahajjud, tiba-tiba kakiku tidak bisa digerakkan. Seperti tidak ada tenaga untuk mengangat kakiku. Sejak saat itu aku memakai kursi roda.
Hari demi hari telah berganti, aku sudah mulai beranjak dewasa. Sekarang aku sudah bersama dengan orang yang menyayangiku apa adanya diriku, Dani. Entah berawal darimana kisahku bersama dengannya. Namun kami tidak pernah saling mengungkapkan rasa cinta kami. Semuanya berjalan begitu saja. Sehingga, di mata orang-orang Dani terlihat seperti abangku.
Suatu hari Dinda datang menjengukku di rumah. Dinda membawakan buah apel kesukaanku. Setelah bercanda tawa, Dinda mengatakan bahwa dia sangat tertarik dengan Dani. Dinda hanya mengetahui Dani adalah sahabatku, sekaligus abangku. Dinda meminta bantuanku untuk menjadikan Dani sebagai pacarnya. Sungguh, sakit hati ini mendengarnya, ingin rasanya aku berterus terang pada Dinda bahwa Dani adalah orang yang sangat aku cintai. Namun aku tidak ingin membuat hatinya sakit. Akhirnya aku iyakan keinginan Dinda.
Aku berbicara dengan Dani tentang Dinda, aku ingin dia bersama Dinda. Awalnya Dani menolak permintaanku. Namun aku memaksanya. Sampai akhirnya Dani pun luluh dan mengiyakan kemauanku. Sungguh sakit rasanya hati ini, sungguh. Namun itulah aku yang lebih memilih mencintai dalam diam. Yang lebih memilih berkorban untuk orang-orang yang aku sayangi. Aku lebih memilih menahan egoku untuk mereka, terlebih untuk sahabatku, Dinda. Biar ku tulis semua kisah hidupku di diary ini, agar kelak orang yang menyayangiku mengerti betapa aku sangat menyayangi mereka.
Waktu terus berjalan, aku habiskan sisa hidupku bersama-sama dengan orang-orang yang aku sayangi. Aku, Dinda, dan Dani sering sekali berjalan bersama. Melihat kemesraan mereka aku sangat bahagia. Yaa aku sangat bahagia bercampur pilu.
Satu tahun berselang, kesehatan Anna semakin memburuk. Dan tepat di hari kamis, 24 April 2014, Anna menghembuskan nafas terakhirnya. Sebelum meninggal, Anna menitipkan diary nya agar diberikan kepada Dinda. Dinda menangis tersendu-sendu membacanya, air matanya tak dapat ia tahan. Dinda begitu sangat menyesali sikapnya selama ini terhadap Anna. Dinda tidak menyadari akan pengorbanan Anna untuknya. Satu pesan yang Anna berikan untuk dinda, “Jaga Dani untukku, Dinda manis. Terus bahagia yaa sahabat terbaikku”…
Nah gimana cerita tentang persahabatan dalam bahasa Inggris nya? Yah semoga dengan cerita tentang sahabat tadi, kita bisa mengambil pelajaran dan lebih peka terhadap seseorang. Sehingga tiada penyesalan yang akan datang. Semoga bermanfaat. Selamat beraktivitas, sayangi terus sahabat kalian ya. Terima kasih.
0 comments:
Post a Comment